Ngeliat temen yang dulunya biasa aja, terus sekarang jadi keren bgt tuh kadang suka bikin insekyur sendiri. Terus jadi mikir, koq bisa ya dia berproses sejauh itu?
Kita seringkali melihat orang lain begitu potensial, dan lupa menyadari bahwa setiap kita punya bekal yang spesial.
Kita juga bisa koq jadi manusia-manusia ‘unstoppable’ kalau kita paham potensi diri dan apa value kita. Itulah yang bisa kita jadikan pondasi untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan diri (self development).
Nah kali ini, ada senior aku di FIM yang akan sharing seputar Self Development. Namanya Edhu Enriadis Adilingga, praktisi Learning and Development. Btw, dipanggilnya kang Edhu biar nengok. Kalau dipanggil mas/kak/bang suka protes soalnya.
Value Hidup
First of all, kang Edhu ini sadar banget sama value hidupnya. Yaitu: Kepemimpinan, Kontribusi, dan Cinta. Dan menurutnya, kegiatan yang bisa mengakomodir ketiga hal di atas atau sebagian besarnya, adalah dari pengkaderan. *Wuiiih.. jadi keinget pas maba nih. Untung kang Edhu kuliahnya di Unpad, bukan ITS. Eh.
“Sejak SMP aku seneng ngurusin hal-hal berbau pengkaderan. Kalau lagi liburan pasti tetep ke sekolah buat ngurusin siswa baru. Pas SMP jadi Wakil Ketua OSIS, pas SMA jadi Ketua OSIS,” kenang pria asal Bandung ini.
Kalian bisa googling untuk cari tahu apa value hidup kalian. Ada list beberapa value hidup, kalian bisa pilih 10 dari semua list yang menurut kalian tidak bisa lepas dari hidup kalian, lalu dari 10 itu pilih 5, dari 5 tadi pilih 3.
Kalau valueku sendiri: Keluarga, Kreativitas, dan Petualangan. Tapi gak ada yang nanya ya? Oke, skip.
Tapi hasil tes itu masih bisa berubah ya.. Bisa aja suatu saat kalian tes lagi, value kalian udah beda.
Meskipun pas sekolah hampir gak punya waktu libur, kang Edhu menikmati banget kegiatannya yang super sibuk itu. Dan itu berlanjut sampek kuliah hingga sekarang. “Aku belajar dari kang Harri pentingnya kenal sama value diri. Karena fungsinya itu kayak bensin atau charger. Jauh dari value justru yang bikin capek dan hati gak tenang,” ujar alumnus Biologi Unpad ini.
Sesuai apa kata pepatah, kalau kamu capek tapi kamu seneng, berarti kamu berada di jalur perjuangan yang tepat.
Btw yang belum tau kang Harri, beliau itu salah satu trainer terbaik nasional dan cukup terkenal. Aku tau beliau pas ngisi materi Pelatnas FIM, dan emang vibesnya beda sama motivator lain. Bagus bgt pembawaan materinya.
Punya Mentor
Buat kalian yang newbie, bisa banget belajar tentang pengembangan diri mulai dari youtube dulu. Tapi kata kang Edhu, punya mentor akan lebih baik.
“Mentor itu gak harus nyari mentor terbaik. Misal mau bisnis, pengen dimentorin sama Sandiaga Uno. Nah itu jangan dulu,” terang kang Edhu. Jadi, untuk langkah awal pahami dulu kita mau belajar apa, lalu cari seseorang yang punya pengalaman lebih dari kita.
“Gak harus yang jago banget, cari aja yang kita bisa belajar dari dia. Insya’Allah nanti bakal muara ke orang-orang keren lainnya. Kayak aku bisa kenal kang Harri karena diajakin proyekan dari temen. Jangan muluk-muluk nyari mentor mah pokoknya. Niatin buat belajar, insya’Allah akan saling menemukan,” tutur ketua angkatan FIM 18 tersebut.
Langkah selanjutnya adalah memperluas networking, dengan mengikuti komunitas, dan sejenisnya. “Tapi itu kan buat orang ekstrovert kayak aku ya.. Kalau yang introvert sih bisa mulai dari forum-forum internet aja. Banyak kan ya sekarang. Atau ikut kelas pengembangan diri, nanti pasti masuk circle sana,” jelas kang Edhu.
Pentingnya Self Development
“Kalau buat aku pribadi, self development itu legacy. Kalau arti secara umum banyak ya. Tapi bagiku, karya besar dalam hidup ya pengembangan diri. Bahkan sampek bisa mengembangkan semua orang di negara, biar banyak yang doain. Hehe,” ujarnya.
Kang Edhu juga cerita tentang pengalamannya sewaktu pemilihan ketua OSIS di SMA. Ternyata dia pernah hopeless karena merasa banyak yang lebih baik dari dirinya. “Eh ternyata temen-temen lebih percaya diriku. Hehe. Dari situ jadi sadar bahwa menumbuhkan orang lain itu menyenangkan. Karena yang kita dapat itu cinta dari banyak orang kalau beneran tulus,” kenangnya.
Tapi sih kalau kata aku, ketika seseorang itu punya banyak teman yang supportif, biasanya orang itu sendiri juga supportif ke temen-temennya. Makanya jadi hubungan timbal balik. Dan selama aku kenal kang Edhu juga orangnya supportif sih, jadi wajar aja kalo selalu disupport temen-temennya. Heu
Di jalur pengembangan diri inilah kang Edhu berharap bisa jadi salah satu ikhtiar pribadi untuk membangun bangsa dan umat. Yuk, kita aamiin-kan bersama.
Oleh:
Riris Septi Arimbi (@ririsarimbi)
0 komentar:
Post a Comment