Pernah bingung gak kalo ditanyain passion kamu apa? Pernah insecure sama potensi dan pencapaian orang lain? Pernah mikir kenapa hidup kita koq gini-gini aja?
“Aduh, aku aja gak tau hobiku apa.”
“Skillku apa ya kira-kira?”
“Cita-citaku pengen jadi Rafathar sih.”
“Aku sukanya rebahan doang.. itu termasuk passion gak?”
Yhaaa…
Pernyataan “Kalo orang lain bisa, kenapa harus saya” itu ternyata ada benernya loh gais. Gak semua orang punya bakat dan kapasitas yang sama terhadap sesuatu. Kalo kamu masih bingung potensimu ada di mana, jalan mana yang akan kamu ambil, sepertinya kamu perlu Talents Mapping gais.
Sabi nih kenalan dulu sama temen aku yang praktisi Talents Mapping sekaligus co-founder TMCareer: Faisyal M. Syahri Alwi a.k.a kang Isal. Gimana ceritanya kang Isal yang lulusan Ilmu Komunikasi bisa terjun ke dunia per- temubakat-an duniawi.
Pernah Insecure
Bermula sejak awal masuk kuliah di tahun 2013, kang Isal mengaku sudah terjerembab dalam isu insecure. “Mungkin dulu istilah ‘insecure’ tidak sefamiliar sekarang, namun jika diartikan kondisinya, kurang lebih ya sama,” kenangnya.
Perasaan tersebut muncul lantaran kang Isal merasa tidak memiliki potensi, tidak berguna, dan merasa hidup kurang bermakna. Hanya menjalankan aktivitas rutin tanpa diiringi pemaknaan yang dalam dan mengalir begitu saja. “Karena saat masuk kampus, aku melihat gemerlapnya potensi-potensi yang aku anggap hebat dulu, dan aku jauh dari standar tersebut. Akhirnya membuat aku menjadi mahasiswa yang kupu-kupu saja, kuliah pulang-kuliah pulang,” tutur alumnus Universitas Pasundan tersebut.
Dan ternyata, banyak teman-teman kang Isal yang juga relate dengan kondisi tersebut. Saat masuk ke tempat baru, adaptasi baru, tidak semua orang mampu bertahan dan menjadi diri sendiri. Semuanya mendapatkan ujian yang sama, namun lulus dari ujian tersebut dengan nilai yang berbeda-beda. Termasuk kang Isal salah satu yang paling rendah nilainya.
Dari situ, mulailah muncul isu lainnya. Mulai dari merasa salah jurusan, tidak mau lanjut kuliah, hingga di satu titik ada sebuah perenungan, apa permasalahannya? “Bahkan untuk bahagia pun nampaknya sulit, apakah belum mampu mendefinisikan cara bahagia masing-masing dan masih terlilit permasalahan yang seakan tiada akhirnya?” kata kang Isal.
Awal Mula..
Alih-alih aktif di kampus, kang Isal lebih memilih menghabiskan waktu di masjid salman ITB waktu itu. “Kenapa Salman? Ternyata dalam proses aktivitasnya, Salman lebih membuat nyaman dan bahagia, membuat hidup lebih berarti dan berenergi, menikmati setiap aktifitasnya sampai lupa waktu. Rasanya Salman menjadi obat untuk insecure saat kambuh di lingkungan kampus,” tutur pria kelahiran 15 Januari 1994 tersebut.
Hingga pada tahun 2016, lanjut kang Isal, qadarullah dipertemukan dengan Talents Mapping yang menjadi salah satu fasilitas untuk setiap pengurus di unit salman ITB.
Talents Mapping, sebuah assessment untuk mengenal dan memetakan bakat setiap orang. “Semenjak sering bantu temen-temen psikologi jadi objek penelitian mereka, walaupun sudah tidak asing dengan assessement seperti ini, namun agak kurang senang dengan konsep memeta-metakan manusia dengan beberapa aspek saja,” jelas alumnus Gontor tersebut.
Namun kali ini berbeda. Talents Mapping dengan penjelasan yang sederhana, bisa membuat kang Isal lebih mengerti banyak hal tentang diri sendiri. Salah satunya dapat menjelaskan permasalahan insecure yang selama ini dirasakan. Yaitu karena banyak bakat yang tidak terpenuhi di kampus yang akhirnya membuat tidak nyaman.
Menjadi Praktisi
“Sejatinya bakat itu kebutuhan, seperti halnya pipa yang sangat besar,
dan terus mengeluarkan air dalam volume yang besar. Ketika pipa tersebut
tersumbat, tidak dapat mengalirkan air, sedangkan arus air tersebut sangat
deras, apa yang akan terjadi? Dia akan meledak, pipa tersebut akan hancur
karena derasnya arus air. Begitu juga bakat, perlu disalurkan, agar tidak
stress dan menjadi salah satu cara bahagia. Yaitu dengan menjalankan aktivitas
sesuai dengan bakatnya. Carilah aktifitas yang easy, enjoy, excellent, dan
earn,” – M Faisyal Syahri Alwi, 2021
Dari nikmat sadar bakat tersebut, ketua umum Karisma ITB periode36 tersebut memiliki tekad untuk dapat membantu setiap orang yang memiliki permasalahan yang sama, agar setiap orang memiliki jalan yang tepat untuk setiap bakat yang hebat. Karena baginya, kebahagiaan adalah ketenangan, dan menjadi salah satu nikmat Allah yang terbaik, yang diturunkan ke bumi untuk manusia.
Ah, mantab.. Dulu insekyur, sekarang bersukyur.
Sekarang, kulihat-lihat rasanya
kang Isal jadi multifungsi talent ya bun.. Selain praktisi talents
mapping, ngejabat juga jadi COO Teman Halal, mendirikan sekolah online
persiapan Ramadhan sekaligus jadi Kepsek Ahlan School, bisi juga jadi kang
bukain gerbang, jadi guru bahasa Arab sabi, kang dagang kurma, ngelapak bioskop
online, usaha kuliner ada, jadi pembicara sering, apa deh yang gak bisa?
Segala lapak dikuasain kayaknya. Monmaap nih, kang Isal ada hubungan gelap apa dengan pak Luhut? Mau lah berguru juga biar bisa multi-multi kayak gitu..
Ada pesan nih dari kang Isal:
Jika kau memiliki rasa ketidaknyamanan yang sama, barangkali aku bisa membantumu.
Selamat merayakan proses pencarian bakatmu. Karena bakat itu ditemukan, bukan diciptakan.
*Yang mau tes Talent Mapping ke kang Isal, sabi lewat aku gais, biar aku dapet komisi.. wkw
Oleh:
Riris Septi Arimbi (@ririsarimbi)